coolinthe80s.com, 8 Vasantalu dan Rahasia yang Nggak Sempat Diucap Kamu pernah denger nama Vasantalu? Kalau belum, jangan buru-buru skip. Di balik namanya yang terkesan manis, ada banyak hal yang lebih dari sekadar cerita. Delapan Vasantalu yang bakal kita bahas ini bukan sekadar deretan nama, tapi potret hidup yang di am-di am menyimpan cerita yang nggak sempat di suarakan. Rahasia yang tertutup rapat, namun meninggalkan getaran panjang di sekitarnya.
Senyum 8 Vasantalu yang Bukan Sembarang Senyum
Kelihatannya sederhana, ya. Tapi senyum Vasantalu yang pertama ini beda. Selalu muncul di waktu yang nggak tepat, seolah punya isyarat tersendiri. Di balik lengkung bibirnya, tersimpan kata-kata yang seharusnya di ucapkan, tapi malah di pendam karena alasan yang cuma di a sendiri yang tahu.
Anehnya, makin di lihat, makin bikin penasaran. Mungkin karena senyum itu menyimpan luka, atau karena di a sadar nggak semua hal pantas di ceritakan. Jadi di a simpan, rapi, dan tinggalin jejak.
Matanya Nggak Pernah Mau Bohong
Meski bibir bisa di em, matanya nggak pernah bisa. Vasantalu yang kedua ini selalu terlihat kuat, tapi begitu kamu tatap matanya lebih lama dari lima detik, ada badai kecil yang nggak bisa di tutupin. Dia mungkin nggak akan cerita, tapi sorot matanya udah cukup jadi pengantar kisah.
Dalam beberapa momen, mata itu sempat terlihat penuh harap. Tapi detik berikutnya, ada lelah yang seolah berkata, “Nggak apa-apa, aku terbiasa.” Nggak ada yang tahu kenapa, dan di a pun nggak pernah menjelaskan. Tapi matanya terus bicara, meski tanpa suara.
Tangan yang Terlalu Banyak Memberi
Dia nggak suka sorotan. Tapi entah kenapa, orang-orang selalu datang padanya buat minta tolong. Vasantalu yang ini punya tangan yang entah kenapa selalu sibuk. Bukan cuma soal kerjaan, tapi juga tentang menguatkan yang runtuh, mengangkat yang jatuh.
Ironisnya, di a jarang di minta duduk untuk di ceritakan balik. Semua rahasia orang di a jaga, tapi rahasianya sendiri? Masih ngambang di udara, belum sempat turun jadi kalimat.
Nada Suaranya Selalu Datang Terlambat
Saat semua udah pergi, barulah suaranya muncul. Nggak keras, tapi cukup untuk membuat siapa pun yang mendengarnya terdiam. Dia tipe orang yang nggak suka ganggu, tapi justru jadi suara yang paling membekas saat kamu sedang sendiri.
Vasantalu ini jarang ngomong, tapi sekalinya ngomong, kamu bakal ingat terus. Bahkan kalimat paling sederhana darinya bisa jadi mantra yang nempel di kepala berhari-hari. Tapi anehnya, di a lebih sering milih di am. Mungkin karena udah terlalu sering di kecewakan oleh yang sok-sok dengar.
Sering Salah Dimengerti 8 Vasantalu
Ini tipe yang sering di kira jutek, padahal sebenarnya hatinya kayak bubur panas. Dia jaga jarak bukan karena sombong, tapi karena terlalu sering di hampiri hanya buat di manfaatkan. Jadi jangan heran kalau di a pasang tembok tinggi, meski di dalamnya cuma butuh sedikit pengertian.
Diam-di am di a nulis, ngelukis, atau nyanyi sendiri di kamar. Banyak dari rahasianya cuma muncul di sela-sela lagu atau guratan pena. Tapi sayangnya, nggak banyak yang bertahan cukup lama buat bisa baca semua itu.
Terlalu Sering Mengalah
Bukan karena nggak punya pendirian. Tapi karena di a terlalu peduli sama perasaan orang lain. Film Vasantalu ini selalu jadi penengah, padahal di a juga pengen di perjuangkan. Tapi setiap kali ada konflik, di a yang lebih dulu mundur, bahkan saat bukan di a yang salah.
Makanya, banyak rahasia yang di a telan sendiri. Bahkan kalimat “aku juga lelah” pun hanya berani di a bisikkan ke tembok kamarnya sendiri.
Tertawa, Tapi Matanya Lelah
Yang ini kelihatannya paling ceria. Tapi justru itu yang bahaya. Dia tahu caranya bikin semua orang nyaman, tapi lupa gimana caranya bikin di rinya sendiri senang. Vasantalu ketujuh ini punya rahasia yang di kubur dalam-dalam di balik tawa. Dan karena semua orang mengira di a baik-baik aja, akhirnya nggak ada yang nanya, “Kamu beneran bahagia?”
Pergi Tanpa Penjelasan 8 Vasantalu
Dia nggak pamit. Nggak ninggalin catatan. Tapi sejak hari itu, suasana berubah. Meja kopi yang biasanya penuh tawa sekarang sepi. Entah ke mana di a, tapi sisa-sisa keberadaannya masih nempel di tembok rumah.
Banyak yang bilang di a egois. Tapi setelah cerita-cerita di atas, kamu tahu kan… kadang kepergian bukan soal ingin lari, tapi karena suara hatinya nggak di dengar terlalu lama.
Kesimpulan
Delapan Vasantalu ini cuma potret kecil dari banyaknya cerita yang gak pernah di suarakan. Di balik senyum, tawa, dan di am mereka, ada hal-hal yang nggak pernah sempat keluar jadi kalimat. Mungkin karena takut di anggap lemah. Atau mungkin karena mereka sadar: nggak semua orang siap mendengar.
Tapi dari mereka kita belajar, bahwa setiap orang punya cerita yang nggak kasat mata. Jadi, sebelum menghakimi atau menuntut jawaban, coba di am sebentar. Karena bisa jadi, rahasia itu sebenarnya udah lama minta di dengar tapi kita yang terlalu sibuk menunggu suara keras.